Tag: Penyebab

Pengertian Bullying, Ciri-Ciri, Penyebab, Dampak, Jenis, dan Cara Mencegahnya

Pencegahan dilakukan secara menyeluruh dan terpadu, dimulai dari anak, keluarga, sekolah, dan masyarakat.

1) Pencegahan melalui anak dengan melakukan pemberdayaan pada anak agar:

a. Anak mampu mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya bullying.

b. Anak mampu melawan ketika terjadi bullying pada dirinya.

c. Anak mampu memberikan bantuan ketika melihat bullying terjadi (melerai/mendamaikan, mendukung teman dengan mengembalikan kepercayaan, melaporkan kepada pihak sekolah, orang tua, tokoh masyarakat).

 

2) Pencegahan melalui keluarga, orang tua harus memperkuat pola pengasuhan. Caranya dengan:

a. Menanamkan nilai-nilai keagamaan dan mengajarkan cinta kasih antarsesama.

b. Memberikan lingkungan yang penuh kasih sayang sejak dini dengan memperlihatkan cara beinterakasi antaranggota keluarga.

c. Membangun rasa percaya diri anak, memupuk keberanian dan ketegasan anak serta mengembangkan kemampuan anak untuk bersosialiasi.

d. Mengajarkan etika terhadap sesama (menumbuhkan kepedulian dan sikap menghargai), berikan teguran mendidik jika anak melakukan kesalahan.

e. Mendampingi anak dalam menyerap informasi utamanya dari media televisi, internet, dan media elektronik lainnya.

 

3). Pencegahan melalui sekolah

a. Merancang dan membuat desain program pencegahan yang berisikan pesan kepada murid bahwa perilaku bully tidak diterima di sekolah dan membuat kebijakan anti bullying.

b. Membangun komunikasi efektif antara guru dan murid.

c. Diskusi dan ceramah mengenai perilaku bully di sekolah.

d. Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan kondusif.

e. Menyediakan bantuan kepada murid yang menjadi korban bully.

f. Melakukan pertemuan berkala dengan orang tua atau komite sekolah

 

4) Pencegahan melalui masyarakat dengan membangun kelompok masyarakat yang peduli terhadap perlindungan anak dimulai dari tingkat desa/kampung (Perlindungan Anak Terintegrasi Berbasis Masyarakat: PATBM).

 

Sumber: kemenpppa.go.id

Baca artikel seputar edukasi lainnya dengan mengeklik tautan ini.

7 Penyebab Asam Urat Tinggi di Usia Muda, Jangan Anggap Sepele

4. Obat-obatan Tertentu

Faktor risiko penyebab asam urat di usia muda adalah konsumsi obat-obatan tertentu. Aspirin dosis rendah dan beberapa obat yang digunakan untuk mengontrol hipertensi, termasuk diuretik thiazide, inhibitor enzim pengubah angiotensin (ACE) dan beta blocker, juga dapat meningkatkan kadar asam urat.

Begitu juga penggunaan obat anti penolakan yang diresepkan untuk orang yang telah menjalani transplantasi organ.

5. Riwayat Asam Urat dalam Keluarga

Faktor risiko penyebab asam urat di usia muda adalah riwayat asam urat dalam keluarga. Jika ada salah satu anggota keluarga yang menderita asam urat atau pernah mengalaminya, seseorang dengan keturunan ini lebih mungkin memiliki penyakit asam urat juga.

6. Usia dan Jenis Kelamin

Faktor risiko penyebab asam urat di usia muda adalah usia dan jenis kelamin. Asam urat lebih sering terjadi pada pria, terutama karena wanita cenderung memiliki kadar asam urat yang lebih rendah.

Namun, setelah menopause, kadar asam urat wanita mendekati pria. Pria lebih mungkin memiliki asam urat lebih awal antara usia 30 dan 50. Sedangkan wanita umumnya mengembangkan tanda dan gejala asam urat setelah menopause.

7. Operasi atau Trauma

Faktor risiko penyebab asam urat di usia muda adalah melakukan operasi atau mengalami trauma. Mengalami operasi atau trauma baru-baru ini terkadang dapat memicu serangan asam urat.

Pada beberapa orang, menerima vaksinasi dapat memicu serangan asam urat.

 

 

Apa Itu Baby Blues Syndrome? Ketahui Penyebab, Faktor Risiko, Gejala, dan Cara Mengatasinya

1. Mudah Marah dan Tersinggung

Gejala utama sekaligus yang paling mudah terlihat dari baby blues syndrome adalah mudah marah dan tersinggung. Pengidap baby blues syndrome sering kali merasa tersinggung dengan perkataan orang lain, meski sebenarnya orang tersebut bermaksud baik.

Baby blues syndrome juga dapat membuat ibu merasa kesal dan marah terhadap bayinya ketika rewel.

2. Mood Swings dan Tidak Sabaran

Sebagian besar pengidap baby blues syndrome akan mengalami perubahan suasana hati. Gejala ini biasanya muncul pada minggu pertama setelah persalinan, tetapi bisa juga terjadi beberapa minggu kemudian.

Di samping itu, gejala lain baby blues syndrome adalah ibu menjadi tidak sabaran. Mereka akan merasa apa yang dilakukan oleh orang lain menjadi lambat dan tidak sesuai dengan keinginan.

3. Menangis Tanpa Alasan yang Jelas

Gejala yang paling sering dialami oleh pengidap baby blues syndrome adalah sering menangis tanpa alasan yang jelas. Biasanya ibu akan menangis secara tiba-tiba dan merasa cemas secara berlebihan terhadap sesuatu.

4. Mudah Merasa Lelah

Gejala selanjutnya dari baby blues syndrome adalah mudah merasa lelah dan tidak bertenaga. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh tenaga yang banyak terkuras saat proses melahirkan, ditambah dengan jam tidur yang tidak menentu.

5. Nafsu Makan Menurun

Ibu yang baru melahirkan biasanya memiliki nafsu makan yang tinggi, terlebih jika sembari memberikan ASI eksklusif. Sebaliknya, pengidap baby blues syndrome sering kali merasa tidak bersemangat dan tidak nafsu makan.

Apa Itu Sleep Apnea? Ketahui Penyebab, Gejala, Cara Mengatasi, dan Faktor Risikonya

Obesitas sangat meningkatkan risiko apnea tidur. Deposit lemak di sekitar saluran napas bagian atas dapat menghalangi pernapasanmu.

Orang dengan leher yang lebih tebal mungkin memiliki saluran udara yang lebih sempit.

  • Saluran Udara yang Sempit

Kamu mungkin mewarisi tenggorokan yang sempit secara genetik. Situasi ini membuat amandel atau kelenjar gondok juga dapat memperbesar dan menghalangi jalan napas, terutama pada anak-anak.

Laki-laki 2-3 kali lebih mungkin mengalami sleep apnea daripada wanita. Namun, perempuan meningkatkan risikonya jika mereka kelebihan berat badan dan risiko mereka juga tampak meningkat setelah menopause.

Sleep apnea terjadi secara signifikan lebih sering pada orang dewasa yang lebih tua.

Memiliki anggota keluarga dengan sleep apnea dapat meningkatkan risiko kamu mengidap.

  • Penggunaan Alkohol atau Obat Penenang

Zat-zat ini mengendurkan otot-otot di tenggorokan yang dapat memperburuk sleep apnea.

Perokok tiga kali lebih mungkin mengalami apnea tidur obstruktif daripada orang yang tidak pernah merokok. Merokok dapat meningkatkan jumlah peradangan dan retensi cairan di saluran napas bagian atas.

Jika kamu mengalami kesulitan bernapas melalui hidung, baik dari masalah anatomi atau alergi, sangat mungkin mengembangkan sleep apnea.

 

Sumber: Clevelandclinic, Mayoclinic

Yuk, baca artikel edukasi lainnya dengan mengeklik tautan ini.